Tanpa pikir panjang kuhampiri Mbak Titis dan berlutut di depannya. XNXX Ibu Titis ini berparas sangat cantik, mungkin sensual. Setelah itu aku naik ke lantai 2 untuk mematikan pemancar dan menyerahkan kunci studio. Pemilik radio itu namanya Bapak Damian. Aku hanya duduk di balik meja marketing. Otomatis senjataku yang dari tadi tersekap di dalam mengacung dengan gagahnya. Kupandangi sejenak gundukan di depanku. Bener-bener sesuai ama yang kuharapkan. Bete juga nungguin ampe tengah malem kalo ga ngapa-ngapain. Tangan kirinya meraih tangan kiriku dan meletakkannya di teteknya. Bajunya merah berkerah agak rendah dan memakai kulot. Segera saja aku melenguh keenakan. “terusin mas… terusin”,
Aku semakin gencar mengulum puting tetek Mbak Titis. Lidahku semakin liar bermain. Kudongakkan kepalaku menatap Mbak Titis. “Kapan-kapan, kalo mbak pengen, Dimas mau ya nemenin Mbak lagi?”
“Mmmmm… Siap Mbak! Dan aku tau banget kalo Ibu Titis tau apa yang barusan aku lakukan.
>