Jari tangan mulai dingin. XNXX Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka? Tetapi, aku harus berani. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.“Telentang..!” katanya.Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Wajahku mulai panas. Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. “Ini..,” kutunjuk pangkal pahaku.“Besok saja Sayang..!” ujarnya.Ia hanya mengelus tanpa tenaga. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.“Bang, Bang kiri Bang..!”
Semua penumpang menoleh ke arahku. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya. Tetapi, bayangan itu terganggu. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.“Telentang..!” katanya.Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya.
>