Dengan kasar ia menyingkirkan kemejaku dan melemparkannya ke lantai.Setelah itu Pak Zaim dengan paksa melucuti celana jinsku. Bokep Memekku dan penis Pak Zaim yang terbenam seluruhnya terasa sangat basah dan aku kesulitan mengatur nafasku di bawah tindihan tubuh Pak Zaim.“Nikmat sekali kamu Ayu,” ujar Pak Zaim sambil tersenyum ke wajahku.Kubalas lemah senyumannya sambil merasakan kenikmatan ini. Bersamaan dengan itu, air mani atau pejuh dari penis Pak Zaim muncrat!Tembakan-tembakan deras pejuh Pak Zaim membasahi dan lengket di sebagian besar wajah dan bibirku. Hanya suara desahan dan lenguhan liar bagaikan binatang dari kami berdua yang terdengar di kamar.Akhirnya aku tidak tahan lagi, orgasmeku yang kedua datang. Aku mulai menangis dan memohon untuk dilepaskan, tapi Pak Zaim tidak menghiraukan. Kuberanikan berbisik lemah,
“Bapak kok belum keluar?” Sambil tertawa-tawa, Pak Zaim menjawab,“Kan sudah Bapak bilang nggak mungkin tak keluarin di memek kamu.
>