Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Viona. Tahu aku pandangi, Mbak Viona memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Bokep Pelan-pelan kurebahkan Mbak Viona yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Viona yang merem sambil bersandar. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang.Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Viona tidak jatuh ke belakang. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat.Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi.Mbak Viona mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Viona tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia.“Yah
